Tumbuhan paku
.
Tumbuhan
paku (atau paku-pakuan)
adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta,
memiliki pembuluh kayu dan pembuluh
tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan
spora sebagai alat
perbanyakan generatifnya,
sama seperti lumut dan fungi.
Tumbuhan
paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan
daerah kering (gurun).
Total spesies
yang diketahui hampir 10.000, dengan perkiraan 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia.
Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah
yang lembab.
Paku-pakuan
cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti lantai hutan yang
lembab, tebing perbukitan, merayap pada batang pohon atau batuan, di dalam
kolam/danau, daerah sekitar kawah vulkanik,
serta sela-sela bangunan yang tidak terawat. Meskipun demikian, ketersediaan
air yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu
tahap hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel sperma
menuju sel
telur.
Tumbuhan
paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman
Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan
tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang
sebagai batu
bara.
Menurut
petunjuk-petunjuk paleontologi, banyak yang bersepakat bahwa dari suatu
bentuk tumbuhan paku purba terwujudlah tumbuhan
berbunga, suatu kelompok tumbuhan yang mendominasi vegetasi masa kini.
Kemunting
Kemunting (Rhodomyrtus tomentosa)
adalah tumbuhan berbunga di dalam
keluarga Myrtaceae,
merupakan tumbuhan asli Asia
selatan dan tenggara, dari India, China timur sampai selatan, Hong Kong, Taiwan dan Filipina, dan
selatan hingga Malaysia
dan Sulawesi.
Tumbuhan ini tumbuh di pesisir, hutan rimba alamiah, mintakat
riparian, lahan basah, hutan rimba lembab dan basah, pinggiran
rawa, hingga tinggi 2400 m permukaan laut [1].
Nama-nama
daerah di Indonesia untuk tumbuhan ini antara lain: Karamunting (Bahasa
Banjar dan bahasa-bahasa di Kalimantan
secara umumnya, termasuk Sabah dan Sarawak), Karamuntiang (Bahasa Minangkabau), Haramonting (Bahasa
Batak), Harendong Sabrang (Bahasa
Sunda).
DAUN UNGU
Daun ungu adalah tumbuhan perdu[2] yang tegak. Tingginya adalah 1,5-8 m.[3] Batangnya termasuk batang berkayu, beruas, permukaannya licin dengan warna ungu kehijauan.[4] Daunnya tunggal, bertangkai pendek, bentuknya bulat,[2] pertulangannya menyirip, permukaan atasnya mengkilap, dan tepinya rata.[4] Bunganya majemuk, keluar di ujung batang, dengan rangkaian tandan yang berwaran keunguan dengan panjang 3-12 cm. Buahnya berbentuk kotak yang lonjong,[2] berwarna ungu kecoklatan. Bijinya bulat dan putih dan berkulit tebal.[2] Akarnya berjenis tunggal dan berwarna coklat muda.[4]
DEDALU
Dedalu atau Gandarusa, willow , adalah sekelompok pohon atau semak yang meskipun
berkeluarga memiliki ukuran yang berbeda-beda dengan kebiasaan pertumbuhan yang
berbeda-beda pula, namun memiliki kesamaan di bidang-bidang lainnya. Di dalam genus ini terdapat
sekitar 350 spesies
yang bisa ditemukan di bumi
ini, biasanya jenis ini mudah ditemukan di kawasan Bumi Belahan Utara, di tanah yang lembab dan
udara yang sejuk.
Dedalu mudah membastar, dan telah banyak ditemukan hasil-hasil bastarannya,
baik yang terjadi secara alami maupun buatan. Dedalu, Gandarusa, Willows,
sallows, dan osiers membentuk genus Salix, sekitar 400 spesies [2] pohon gugur
dan semak-semak, ditemukan terutama pada tanah lembab di daerah beriklim dingin
dan belahan bumi utara. Sebagian besar spesies dikenal sebagai willow, tetapi
beberapa spesies berdaun sempit-semak disebut osier, dan beberapa spesies
berdaun lebih luas disebut sebagai pucat (dari sealh Inggris Kuno, berhubungan
dengan kata Salix willow Latin). Beberapa pohon-pohon gandarusa (terutama
spesies Arktik dan pegunungan) yang rendah atau merayap tumbuh semak-semak,
misalnya, kurcaci willow (Salix herbacea) jarang melebihi 6 cm (2 inci)
tingginya, meskipun menyebar secara luas di seluruh tanah. Willows sangat
silang-subur, dan hibrida banyak terjadi, baik secara alami dan dalam
penanaman. Sebuah contoh yang terkenal hias pohon willow (Salix × sepulcralis),
yang merupakan hibrida dari Peking willow (Salix babylonica) dari China dan
willow putih (Salix alba) dari Eropa.
Willows
semua memiliki berlimpah, kulit berair, getah yang sangat dibebankan dengan
asam salisilat, lembut, biasanya liat, kayu keras, cabang ramping, dan besar,
berserat, sering stoloniferous akar. Akar yang luar biasa untuk ketangguhan
mereka, ukuran, dan keuletan untuk hidup, dan akar tumbuh dari bagian mudah
dari udara tanaman. Daun biasanya memanjang, tapi mungkin juga putaran ke oval,
sering dengan margin bergerigi. Kebanyakan spesies gugur, pohon-pohon gandarusa
semievergreen, daun seperti kulit yang langka, misalnya Salix micans dan S.
australior di Mediterania timur. Semua tunas yang menyamping, tidak ada tunas
terminal benar-benar pernah terbentuk. Tunas yang ditutupi oleh skala tunggal,
melampirkan pada dasarnya dua menit, tunas sebaliknya, diatur secara
bergantian, dengan dua kecil, sebaliknya, skala-seperti daun. Pasangan ini
pertama segera jatuh, dan daun kemudian secara bergantian diatur. Daun yang
sederhana, bulu-berurat, dan biasanya linier-lanset. Biasanya mereka bergigi,
bulat di dasar, akut atau acuminate. Para petioles daun pendek, sering sangat
mencolok stipules, terlihat seperti kecil, daun bulat dan kadang-kadang tetap
selama setengah musim panas. Pada beberapa spesies, bagaimanapun, mereka kecil,
tidak mencolok, dan sepintas lalu (segera jatuh). Dalam warna, daun menunjukkan
berbagai macam sayuran, mulai dari kekuningan ke kebiruan.
TUMBUHAN LUMUT
Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki "taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar