Sabtu, 26 Januari 2013

TUMBUHAN YANG HIDUP di DAERAH LEMBAB

Makhluk hidup yang ada di alam ini sangat banyak ragamnya. Namun tidak semua makhluk tersebut dapat bertahan hidup sampai sekarang. Ada beberapa jenis makhluk hidup yang punah karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi alam atau lingkungannya. Seleksi alam selalu terjadi, makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi alam akan bertahan hidup, adapun makhluk hidup yang tidak dapat menyesuaikan diri perlahan-lahan akan mati dan akan punah.

Setiap makhluk hidup memerlukan lingkungan hidup yang sesuai. Kemampuan organisme menyesuaikan diri dengan lingkungannya disebut adaptasi. Semakin tinggi kemampuan adaptasi suatu organisme, semakin tinggi kemungkinan lestarinya jenis organisme tersebut.

Berikut ini akan dibahas tentang adaptasi morfologi pada tumbuhan.
Tumbuhan ada yang hidup di darat, ada yang hidup di air, ada yang hidup di tempat kering, dan ada pula yang hidup di tempat basah. Perbedaan kondisi lingkungan tempat hidup menyebabkan bentuk adaptasi morfologis yang berbeda pula. Penyesuaian diri tumbuhan di lingkungan darat sangat dipengaruhi oleh persediaan air, kesuburan tanah, curah hujan, kelembaban, dan suhu.
Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dapat dibedakan sebagai berikut:
A . Tumbuhan higrofit, yaitu tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab. Adaptasi morfologinya adalah sebagai berikut: daun lebar, tipis, banyak stomata. Sering melakukan gutasi.

Adaptasi organisme di lingkungan air sangat dipengaruhi oleh kadar garam, kadar oksigen, intensitas cahaya, dan kedalaman air 
contoh tumbuham daerah lembab



Jumat, 25 Januari 2013

TUMBUHAN DAERAH LEMBAB


Tumbuhan paku

 .
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan) adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta, memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000, dengan perkiraan 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah yang lembab.
Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, merayap pada batang pohon atau batuan, di dalam kolam/danau, daerah sekitar kawah vulkanik, serta sela-sela bangunan yang tidak terawat. Meskipun demikian, ketersediaan air yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel sperma menuju sel telur.
Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
Menurut petunjuk-petunjuk paleontologi, banyak yang bersepakat bahwa dari suatu bentuk tumbuhan paku purba terwujudlah tumbuhan berbunga, suatu kelompok tumbuhan yang mendominasi vegetasi masa kini.




Kemunting
















































































Kemunting (Rhodomyrtus tomentosa) adalah tumbuhan berbunga di dalam keluarga Myrtaceae, merupakan tumbuhan asli Asia selatan dan tenggara, dari India, China timur sampai selatan, Hong Kong, Taiwan dan Filipina, dan selatan hingga Malaysia dan Sulawesi. Tumbuhan ini tumbuh di pesisir, hutan rimba alamiah, mintakat riparian, lahan basah, hutan rimba lembab dan basah, pinggiran rawa, hingga tinggi 2400 m permukaan laut [1].
Nama-nama daerah di Indonesia untuk tumbuhan ini antara lain: Karamunting (Bahasa Banjar dan bahasa-bahasa di Kalimantan secara umumnya, termasuk Sabah dan Sarawak), Karamuntiang (Bahasa Minangkabau), Haramonting (Bahasa Batak), Harendong Sabrang (Bahasa Sunda).



DAUN UNGU


Daun ungu (Graptophyllum pictum) atau biasa disebut juga daun wungu adalah tumbuhan obat dari Papua Nugini dan Polinesia yang kemudian menyebar ke Indonesia. Spesies ini memiliki nama daerah sebagai berikut: demung, tulak, wungu (Jw), daun temen-temen, handeuleum (Sd), karotong (Md), temen (Bl), kadi-kadi, kobi-kobi (Tn), dan daun putri (Am).[1]
Daun ungu adalah tumbuhan perdu[2] yang tegak. Tingginya adalah 1,5-8 m.[3] Batangnya termasuk batang berkayu, beruas, permukaannya licin dengan warna ungu kehijauan.[4] Daunnya tunggal, bertangkai pendek, bentuknya bulat,[2] pertulangannya menyirip, permukaan atasnya mengkilap, dan tepinya rata.[4] Bunganya majemuk, keluar di ujung batang, dengan rangkaian tandan yang berwaran keunguan dengan panjang 3-12 cm. Buahnya berbentuk kotak yang lonjong,[2] berwarna ungu kecoklatan. Bijinya bulat dan putih dan berkulit tebal.[2] Akarnya berjenis tunggal dan berwarna coklat muda.[4]

DEDALU


Dedalu atau Gandarusa, willow , adalah sekelompok pohon atau semak yang meskipun berkeluarga memiliki ukuran yang berbeda-beda dengan kebiasaan pertumbuhan yang berbeda-beda pula, namun memiliki kesamaan di bidang-bidang lainnya. Di dalam genus ini terdapat sekitar 350 spesies yang bisa ditemukan di bumi ini, biasanya jenis ini mudah ditemukan di kawasan Bumi Belahan Utara, di tanah yang lembab dan udara yang sejuk. Dedalu mudah membastar, dan telah banyak ditemukan hasil-hasil bastarannya, baik yang terjadi secara alami maupun buatan. Dedalu, Gandarusa, Willows, sallows, dan osiers membentuk genus Salix, sekitar 400 spesies [2] pohon gugur dan semak-semak, ditemukan terutama pada tanah lembab di daerah beriklim dingin dan belahan bumi utara. Sebagian besar spesies dikenal sebagai willow, tetapi beberapa spesies berdaun sempit-semak disebut osier, dan beberapa spesies berdaun lebih luas disebut sebagai pucat (dari sealh Inggris Kuno, berhubungan dengan kata Salix willow Latin). Beberapa pohon-pohon gandarusa (terutama spesies Arktik dan pegunungan) yang rendah atau merayap tumbuh semak-semak, misalnya, kurcaci willow (Salix herbacea) jarang melebihi 6 cm (2 inci) tingginya, meskipun menyebar secara luas di seluruh tanah. Willows sangat silang-subur, dan hibrida banyak terjadi, baik secara alami dan dalam penanaman. Sebuah contoh yang terkenal hias pohon willow (Salix × sepulcralis), yang merupakan hibrida dari Peking willow (Salix babylonica) dari China dan willow putih (Salix alba) dari Eropa.
Willows semua memiliki berlimpah, kulit berair, getah yang sangat dibebankan dengan asam salisilat, lembut, biasanya liat, kayu keras, cabang ramping, dan besar, berserat, sering stoloniferous akar. Akar yang luar biasa untuk ketangguhan mereka, ukuran, dan keuletan untuk hidup, dan akar tumbuh dari bagian mudah dari udara tanaman. Daun biasanya memanjang, tapi mungkin juga putaran ke oval, sering dengan margin bergerigi. Kebanyakan spesies gugur, pohon-pohon gandarusa semievergreen, daun seperti kulit yang langka, misalnya Salix micans dan S. australior di Mediterania timur. Semua tunas yang menyamping, tidak ada tunas terminal benar-benar pernah terbentuk. Tunas yang ditutupi oleh skala tunggal, melampirkan pada dasarnya dua menit, tunas sebaliknya, diatur secara bergantian, dengan dua kecil, sebaliknya, skala-seperti daun. Pasangan ini pertama segera jatuh, dan daun kemudian secara bergantian diatur. Daun yang sederhana, bulu-berurat, dan biasanya linier-lanset. Biasanya mereka bergigi, bulat di dasar, akut atau acuminate. Para petioles daun pendek, sering sangat mencolok stipules, terlihat seperti kecil, daun bulat dan kadang-kadang tetap selama setengah musim panas. Pada beberapa spesies, bagaimanapun, mereka kecil, tidak mencolok, dan sepintas lalu (segera jatuh). Dalam warna, daun menunjukkan berbagai macam sayuran, mulai dari kekuningan ke kebiruan.



TUMBUHAN LUMUT


Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Bryophytina[rujukan?] (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").
Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki "taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia

Kamis, 13 Desember 2012

Menjaga Kesatuan dan Persatuan Bangsa PDF Cetak E-mail
Jumat, 03 Juli 2009 00:00
Hal yang saya rasakan menarik dari debat capres, Kamis malam tanggal 2 Juli 2009 adalah pembicaraan tentang menjaga kesatuan bangsa. Tidak ada seorangpun dari ketiganya yang tidak memandang penting NKRI. Kesatuan dan persatuan bangsa adalah dianggap sebagai harga mati yang harus dijaga dan dipertahankan.

Ketiga calon presiden, semua menjadikan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika sebagai pilar berbangsa dan berbegara. Pluralisme bangsa itu diakui adanya dan dipandang sebagai suatu keniscayaan. Tetapi, mereka juga sadar bahwa dengan perbedaan itu jika tidak dikelola dengan baik, bisa jadi mengganggu persatuan, rentan terjadi konflik dan bahkan bisa berakibat disintegrasi bangsa.
Ketiga capres mengajukan pandangan dan gagasan untuk memelihara persatuan itu. Tetapi terasa belum tuntas. Apa yang seharusnya dilakukan untuk menjaga kesatuan dan persatuan dari masyarakat yang plural itu belum tampak jelas. Rupanya tidak terlalu mudah menjawab pertanyaan seperti itu, sekalipun sesungguhnya persoalan itu bukan hal baru.

Secara normative untuk menjaga persatuan, bangsa ini kaya akan jargon dan semboyan. Misalnya, bangsa ini telah memiliki lambang berupa Burung Garuda dengan memegang tulisan Bhineka Tunggal Ika. Negara ini memiliki bendera berwarna merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Melalui lambang atau jargon ini warga menagara menjadi bangga dan sekaligus merasa satu. Akan tetapi hal yang perlu diingat bahwa masing-masing bagian juga memiliki identitas yangt perlu diakui dan dijadikan kebanggaan.

Identitas masing-masing bagian yang berbeda perlu diakui eksistensinya, dihargai dan bahkan harus dijadikan kebanggaan bersama. Bangsa Indonesia adalah merupakan kumpulan dari suku Papua, Makassar, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa, Sumatera dan lain-lain yang banyak sekali jumlahnya. Sebagai konsekuensi dari pengakuan itu, maka harus dibangun rasa bangga dan menghargai tatkala saudara-saudara Papua menggunakan bahasa sukunya, dan pakaian adatnya, termasuk tradisinya yang lain. Sikap yang sama juga harus diberikan tatkala suku Jawa menggunakan bahasa, pakaian dan juga memelihara adat istiadatnya. Sikap serupa juga diberikan kepada saudara-saudara suku-suku di Kalimantan, Sulawesi, sumatera dan lain-lain.

Identitas nasional yang dikembangkan tidak perlu menghilangkan identitas lokal. Suku-suku di Papua tidak perlu identitasnya diubah menjadi seperti orang Jawa dan begitu pula sebaliknya. Orang Madura harus dibiarkan saja berpakaian ala Madura. Demikian pula orang Bali, Lombok, Sumbawa dan seterusnya. Mereka harus diberikan space untuk berkreasi sebagaimana adanya. Masing-masing suku tentu memiliki rasa, identitas atau budayanya sendiri-sendiri. Hal-hal seperti inilah sesungguhnya yang perlu dikembangkan tatkala bangsa ini menjaga ke-Bhinekaannya.

Menjaga persatuan dan kesatuan, hal yang amat mendasar, karena itu harus dikembangkan adalah menjaga keadilan dan kejujuran. Rasa diberlakukan secara adil dan jujur harus terpenuhi. Bangsa ini kaya pengalaman dalam mengelola perbedaan itu. Berbagai gejolak telah terjadi sebagai akibat misalnya dalam penyusunan perundang-undangan, peraturan, pembagian hasil eksploitasi kekayaan daerah dan lain-lain harus dijadikan pelajaran berharga. Jika hal seperti ini selalu diperhatikan dalam mengambil kebijakan, maka inilah artinya kesatuan dan persatuan benar-benar dianggap sebagai harga mati.

Selain itu, tentu masih banyak lagi media atau instrument perekat untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mulai dari yang amat sederhana hingga yang bersifat mendasar. Yang sederhana misalnya melalui kegiatan olah raga, kesenian dan lain-lain. Kebanggaan bersama bisa ditumbuhkan misalnya melalui prestasi olah raga tingkat internasional. Perekat persatuan yang bersifat nasional, misalnya dalam bentuk organisasi, baik profesi, social, maupun keagamaan. Bangsa ini misalnya juga bisa disatukan melalui organisasi keagamaan, seperti NU, Muhammadiyah, dan lain-lain. Orang dari berbagai suku atau pulau menjadi merasa satu, oleh karena memiliki ikatan kebersamaan di organisasi social, termasuk keagamaan itu. Semua itu perlu dipelihara sebaik-baiknya.

Pendekatan lain, yang tidak boleh dianggap sederhana adalah melalui pendidikan dalam waktu yang panjang, ialah melalui pendidikan kewarganegaraan. Melalui pendidikan ini sejak dini anak-anak sudah diperkenalkan dan ditanamkan rasa bangga dan mencintai keanekaragaman itu. Pendidikan multicultural perlu dikembangkan secara terus menerus. Hidup bersama dengan keanekaragaman suku, bahasa, budaya, agama dan lain-lain memerlukan kesediaan saling untuk menerima dan member secara adil dan jujur.

Agama, tidak terkecuali Islam mengajarkan persatuan. Bahwa manusia diciptakan dalam keanekaragaman, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berbagai suku yang beraneka ragam jenisnya, yang dari semua itu diharapkan agar saling mengenal. Selanjutnya, mereka juga agar saling berupaya melakukan hal terbaik untuk semuanya. Dengan cara itu maka perbedaan akan melahirkan rakhmat bagi semua. Wallahu a’lam.